Haji Backpacker (ceritanya)

"Cinta adalah anugerah bagi mereka yang saling menemukanya. Tapi bisa jadi malapetaka jika tidak saling membalas seperti mata pisau yang mengiris melukai diri kita sendir!". Ehem.

"Mada, aku menyayangi kamu. Dan sayang aku ke kamu cuma sebatas Itu. Sebatas dua sahabat yang mengenal sejak kecil". Ouch!.

Frasa lama bahwa selain waktu, cinta bisa merubah segalanya, sebetulnya menjadi kekuatan besar dari film Haji Backpacker. Tentu beserta hitam dan putih-nya. Efeknya sulit dibayangkan..., jadi jangan dibayangkan. Mending kita tonton aja satu lagi film Indonesia yang kece, Haji Backpacker.

Sejak beberapa bulan lalu mendengar bahwa Haji Backpacker akan muncul dalam bentuk film, sudah memancing rasa penasaran saya yang begitu kuat untuk segera menonton.

Pikiran langsung tertuju pada buku Aguk Irawan MN, berjudul Haji Backpacker, Rp 12 juta naik haji. Saya membelinya 17 Februari 2013. Buku tentang perjuangan mahasiswa Indonesia kuliah di Mesir yang ingin menunaikan ibadah haji. Hadir dengan segenap alurnya yang kocak dan menghibur tapi tak meninggalkan semangat religiusnya.

Ternyata setelah menyaksikan filmnya kemarin...., beda banget dari buku!. 100% hahaa..! Gambaran kegokilan ala mahasiswa nggak ada sama sekali. Kecewa? Ngga juga......, hanya kaget aja. Kabar bagusnya adalah meskipun beda sama sekali dengan buku, saya mesti ancungin jempol buat Haji Backpacker the movie version. Toh yang nulis cerita buat film juga masih penulis yang sama ternyata.

Sebagai penikmat perjalanan (ciee..), film tentang pengalaman bersentuhan dengan tempat-tempat indah selalu menarik dan bikin iri saya. Haji Backpacker the movie boleh dibilang berhasil memanjakan mata pemirsa menikmati beberapa spot-spot indah di dunia. Bukankah bagi backpacker, berinteraksi langsung dengan tempat-tempat indah dunia adalah pengalaman jiwa yang tiada tara ademnya?. Hahaa..

Bagusnya lagi, semua lokasi-lokasi shooting yang dipilih itu bukan sekedar tempelan saja, tapi menyatu dengan jalan cerita. Backpacker mana yang tidak tahu Khao San Road di Thailand. Dikawasan backpacker utama Thailand ini, Mada memulai petualangan. Berlanjut merasakkkan kesakitan dan kehidupan "backpacker kere" di danau Hoam Kieam di pusat Hanoi Vietnam. Berubah menjadi Mata di Lijian kawasan pedesaan dengan pegunungan dan sungai di Barat Laut Yunan, Tiongkok. Di Lhasa menikmati keangkuhan nan megah Istana Potala Tibet. Di Iran merasakan bagaimana kedekatan mati begitu nyata, berada diujung bibirnya!. Hingga puncakannya menemukan cintaNYA di Mekah al Munawaroh. Ah asik semua!.

Sampai sedikit gelitik berhasil dibangun diakhir film tentang bagaimana Mada-Sofia selanjutnya, tak perlu dipusingkan lagi. Saya menikmatinya sebagai sebuah film perjalanan. Yang terkadang, perjalanan hanya membutuhkan satu alasan (alasan cinta? Entaah!) tanpa perlu tujuan. Karena biarlah itu urusan Tuhan.

Tontonan pas buat lebaran haji, semoga tahun depan giliran kita yang dipanggil dan bisa memenuhi panggilanNYA.

Selamat menonton dan Selamat Hari Raya Idul Adha 1435H.

Komentar

Postingan Populer