Loksado

"Konon kabarnya, air
danau Haratai ini bikin kita jadi terlihat lebih ganteng lho!"
"Oh ya, serius?" 

Rasa kaget dan penasaran bercampur senang, temen saya itu kemudian membuka baju dan byuuuuur!. Badannya kini sudah berpindah. Separuh tubuhnya tenggelam dikesegaran danau jernih air terjun Haratai. 

"Ya iyalah bikin ganteng, kan tadi pagi pas mau pergi kita nggak mandi", kata saya dalam hati.

Meski pagi masih gelap, kami harus segera bangun dan bersiap. Beruntung sisa kantuk semalam sudah jauh berkurang. Padahal 4 jam perjalanan dari Banjarmasin sebelumnya memaksa kami sampai di cottage di Loksado jam 11 malam. Loksado berada sekitar 135km arah utara Banjarmasin lumayan menyita tenaga. Belum lagi setelah itu pake dilanjut acara begadang, bakar sate kambing dan sate ayam.

Seperti di sinetron-sinetron yang suka muncul di televisi, berada di pedesaan membuat saya berharap ada kokokan ayam jantan mengiringi ketika bangun di pagi hari. Namun disini tidak. Berada di pinggiran hutan dan  bersebelahan langsung dengan aliran sungai, backsound yang terdengar adalah gemericik air dan kicauan burung. Harmoni pagi ditambah dengan udara segar alam Pegunungan Meratus. Itu semua sudah cukup membangkitkan gairah untuk segera bangun dan berpetualang hari ini. 

Merakit sepeda. Itulah kesibukan kami selanjutnya setelah menyelesaikan 2 roka'at subuh. Bersama hitam pekat kopi Kalimantan, satu persatu peralatan tempur dikeluarkan dari mobil. Cukup 30 menit frame sepeda kami masing-masing sudah terpasang ban dengan sempurna. Dilanjutkan mengeset dan mengatur ulang gear dan tekanan ban. Jreng..., kami pun siap menelusuri hutan Loksado. 

Air Terjun Haratai adalah tujuan kami hari ini. Jadi nggak perlu mandi. "Nanti kita mandi di air terjun-nya aja", kata temen saya. Hahaa bener juga. Maka berbekal info dari warga yang ditemui, perjalanan pun di mulai. "Ikutin terus jalan ini, kalau ada simpangan ambil yang kearah kanan aja", kata seorang ibu ketika kami tanya di sebuah jembatan rusak. Sementara itu info dari google, menyatakan bahwa jarak Air Terjun Haratai dari tempat kami menginap yaitu Desa Loklahung Kecamatan Loksado, sekitar 8 km. Hmmm, perkiraan saya perjalanan akan memakan waktu sekitar satu jam saja.

Meski jalan masih cukup lebar, kayuhan pertama kami sesaat setelah keluar dari komplek cottage disambut jalanan berbatu dengan beberapa lobang. Melewati jalan desa seperti ini membuat kami harus pelan-pelan bersepeda. Di jembatan pertama yang kami temui, kami kehilangan arah. Antara menyebrangi sungai melalui jembatan atau mengikuti jalan setapak di pinggir sungai. Maklum belum ada petunjuk jalan disini. Adalah seorang ibu muda dibelakang kami yang berteriak memberi tahu arah agar mengambil jalan menyusuri sungai. 

Trek berikutnya cukup sensasional. Setelah keluar dari jalan perkampungan, lebar jalan berubah menyempit, hanya selebar satu meter. Namun kiri-kanan berisi rimbunan pohon bambu, kayu manis, damar dan belukar yang cukup menyejukan mata. Menariknya lagi, jalanan sudah diplester. Kami juga melewati beberapa jembatan kayu tradisional yang beberapa kayunya tidak sedikit sudah mulai lapuk dimakan usia.  Hal yang sungguh menantang adalah treknya di dominasi tanjakan dengan sedikit turunan, membuat kita harus menggunakan gigi teringan dari sepeda. Tidak sedikit tanjakan curam tersebut  membuat kami harus turun dari sepeda dan menuntun sepeda berjalan. Kalau sudah begini berasanya di paha, tenggorokan menjadi kering dan nafas tersengal-sengal. Target waktu tempuh yang semula sekitar sejam pun nampaknya harus di revisi hahaa..!

Benar saja. Setelah kurang lebih 3 jam mengayuh sepeda dengan beberapa kali berhenti istirahat, barulah sampai di Air Terjun Haratai. Jembatan kayu  gantung bercat kuning sepanjang 10 meter dengan air jernih mengalir dibawahnya menyambut kami. Nampak pula gapura bertuliskan "Taman Wisata Alam Loksado" memastikan dengan akurat kami telah sampai. 


Ajaib, sepertinya seketika itu juga hilang capek dan peluh ini. Acara pun berganti dengan sesi foto bak fotomodel dan fotographer profesional. Mau gimana lagi coba? Tempatnya  lumayan fotogenik!. Air Terjun Haratai hanya berketinggian sekitar  15 meteran namun tetap anggun. Musim kemarau bulan oktober ini membuat debit airnya berkurang. Air terjun dari pegunungan Meratus masih alami dan segar bersumber dari hutan di Pegunungan Meratus. Air yang jatuh tersebut membuat kolam berupa danau berdiameter sekitar 20 meter dengan air tenang di pinggir danau membuat kami tak ingin melewatkan dengan mencicipi berenang. Batu-batu kali besar tertata secara acak alami menambah keasrian alam yang masih terjaga. Indah.

Setelah puas bermain air dan perut terasa lapar, kami beranjak pulang kembali ke penginapan. Untung perjalanan pulangnya tak perlu waktu lama. Kami tempuh tidak lebih dari 30 menit. Namun begitu harus tetap berhati-hati dan konsentrasi memainkan stang dan rem karena trek banyak turun. Tidak sedikit turunan tajam dengan kombinasi belokan dijalan yang sempit. Wah seru!





Komentar

Postingan Populer