Bukit Batu Pak Tjilik []


Perjalanan ini nggak sengaja. Kalau nggak sengaja berarti kebetulan. Tapi adakah peristiwa yang betul-betul kebetulan?.

Jadi, sengajanya saya hari ini adalah ada jadwal urusan pekerjaan ke Sampit Kalimantan Tengah. Jarak Palangkaraya - Sampit 220an KM. Kira-kira kayak jarak Jakarta - Cirebon. Hanya saja jangan dibayangin jalanya sudah mulus, lebar dan ada tolnya ya.

Nyatanya jalan Palangkaraya - Sampit sudah cukup bagus. Hanya saja beberapa ruas sempit, pas selebaran 2 mobil, tidak sedikit yang berlubang terutama selepas Katingan dan akan menjadi lebih horor kalau jalan malam karena lebih banyak melewati hutan dikiri kanan atau kebun yang beberapa bagian menjadi rawa kalau hujan turun. Jalanan pun nyaris tidak ada kemacetan. Lengang. Inilah jalan Tjilik Riwut atau dikenal juga dengan jalan Trans Kalimantan. Bisa jadi ini merupakan jalan konvensional terpanjang di Indonesia.

Nah ketika telah lebih dari satu setengah jam berkendara menyusuri jalan, HP berdering. Ternyata telpon kantor harus diangkat, jadi saya menepi. Setelah selesai menerima telepon baru sadar kalau saya berhenti di depan sebuah pintu gerbang.

Mengikuti hati membawa kaki saya melangkah masuk gerbang, saya membaca tulisan, “Selamat Datang Di Objek Wisata Bukit Batu”. Wah boleh juga, sekalian istirahat.

Begitu melangkah lebih kedalam saya rasakan tempat wisata ini sepi sekali suasananya. Tidak terlihat lalu lalang orang seperti layaknya objek wisata pada umumnya. Masuk parkiran tidak terlihat motor, mobil terparkir. Ada beberapa warung disamping parkiran hanya satu yang terlihat buka. “Apa karena ini hari kerja ya jadi kelihatan tidak ramai”, dalam hati saya. Ternyata bukan hanya karena itu saja, tapi juga suasananya yang terasa “berbeda”.

Sesuai namanya Bukit Batu, kita akan disambut dengan batu-batu besar. tersebar banyak, ada juga yang bertumpuk. Nampak tidak beraturan tapi cukup tertata. Ada yang menjulang tinggi, ada juga yang membetuk ruangan. Disini kita akan bertanya dari mana batu-batu ini muncul. Tidak ada gunung berapi dekat sini yang memungkinkan membawa batu, pun sungai yang bisa mengalirkan batu-batu besar ini ke belantara hutan. Konon batu-batu disini memiliki kekuatan, kemagisan masing-masing. Ini juga terlihat dari plang nama yang terpasang di beberapa batu. Seperti batu sial, batu raja, batu dewa, batu keramat dll.

Setiap tempat-tempat yang berkaitan dengan para tokoh ternama pasti selalu memiliki daya tarik. Begitu juga tempat ini. Adalah keberadaaan Tjilik Riwut yang menjadikan tempat ini istimewa. Tjilik Riwut dikenal luas sebagai tokoh sentral perjuangan kemerdekaan rakyat Kalimantan Tengah.

Tjilik Riwut yang dengan bangga selalu menyatakan diri sebagai "orang hutan" karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan, adalah pencinta alam sejati juga sangat menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Menurut keterangan di wikipedia, saat masih belia, ia telah tiga kali mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki, naik perahu dan rakit.

Tjilik Riwut adalah salah satu putera Dayak dari suku Dayak Ngaju. Perjalanan dan perjuangannya kemudian melampaui batas-batas kesukuan dan menyatukan suku suku Dayak Kalimantan untuk menjadi pejuang pejuang bangsa.

Seperti halnya di Kalsel kita akan langsung ingat dengan Pangeran Antarasari, maka bila kita menyebut Palangkaraya, Kalimantan Tengah kita akan langsung ingat dengan Tjilik Riwut. Sang Pahlawan Nasional ini melekat dengan Kalimantan Tengah terutama daerah bernama Kasongan.

Kasongan adalah tempat lahir Tjilik Riwut dan Bukit Batu yang terletak kawasan ini menjadi salah satu spot penting dalam kehidupan seorang Tjilik Riwut. Konon menurut cerita yang dipercaya masyarakat setempat, Bukit Batu ini menjadi tempat favorit pertapaaan sang tokoh hingga memperoleh wangsit atau kesaktian gaib. Selain itu kawasan ini juga memiliki legenda tersendiri tentang leluhurnya yaitu kisah tentang “Jaka Tarub” versi Kalimantan.

Komentar

Postingan Populer