Mendatangi Pelabuhanya Ratu
Lebak Bulus mulai digenangi air hujan, ketika bis kami
mulai beranjak meninggalkan terminal itu, Jakarta
pukul 18:00. Satu satunya bis dari Lebak Bulus menuju Sukabumi adalah Parung Indah, mulai berangkat juga di
tengah hujan yang masih merintiki Jakarta
senja itu. Tiket bus Rp. 21rb.
Setiba di Sukabumi karena ini
adalah NIJGS, No Itenerary Just Go Show..., kami belum booking hotel sehingga
memaksa kami sedikit berkeliling Sukabumi untuk mencari hotel terlebih dahulu.
Rencana terdekat adalah bermalam untuk istirahat, ke esokan paginya baru menuju
Pelabuhan Ratu.
Akhirnya hotel sekelas
melati, Hotel Mustika setarif 200rb yang kami pilih, tepatnya karena setelah kami
mencoba mencari di Hotel Permata Hijau, Hotel Jovina, Hotel Batu Putih dan lain
lain tak ada yang kosong. Nampaknya Hotel di Sukabumi jika wikend rata rata full
booked. Sukabumi pukul 21:30
Minggu, 23 Oktober 2011
Kehidupan kami pagi ini
dimulai pukul 5 pagi, karena alarm HP berbunyi nyaring. Mata dan tubuh
sebetulnya masih ingin akrab dengan kasur dan selimut. Apalagi hmmm..., semalam
terasa capek perjalanan Jak - Sukabumi 4 jam. Malam pun diisi dengan cerita
ringan dan celotehan usil temen teman dan curhatanya hingga larut.
Setelah sholat subuh dan
menyikat roti tawar breakfast, bersiaplah kami menuju Pelabuhan Ratu. Ngga pake
mandi, cukup ganti baju hihiii.
Kamar 308
Pantai Pelabuhan Ratu
terbentang cukup panjang menghadap lautan Indonesia bagian selatan. Pantai
ini terdiri atas pantai landai berpasir, pantai bebatuan, pantai curam, dan
pantai dengan karang-karang terjal. Di beberapa bagian pantai kita bisa
menemukan persawahan penduduk yang langsung berbatasan dengan garis laut,
sebuah pemandangan yang unik dan menarik.
Bangunan besar persis di
bibir pantai menarik perhatian kami. Ini adalah bangunan peninggalan langsung
presiden RI pertama. Ya, hotel
Inna Samudra
Beach adalah satu-satunya
bangunan terbesar di kawasan ini, malah hotel ini sudah dianggap sebagai salah
satu ikon Pelabuhan Ratu.
Inna Samudra Beach Hotel atau
dulu dikenal dengan Samudra Beach Hotel
dibangun pada kurun waktu yang sama dengan Hotel Indonesia di Pusat Jakarta dan Bali Beach
Hotel. Pembangunan ketiga hotel mewah pertama di Indonesia itu diprakarsai Presiden
Soekarno dengan menggunakan dana rampasan perang dari Jepang. Samudera Beach
Hotel dibangun tahun 1962 dan diresmikan 15 Februari 1966.
Mengambil letak di Jalan Raya
Palabuhan Ratu-Cisolok Km 7, Kabupaten Sukabumi, hotel ini menawarkan
pemandangan sempurna ke lautan lepas memadu dengan keindahan khas pantai Laut
selatan di setiap kamarnya. Hotel bertingkat delapan itu memiliki 100 kamar.
Sebanyak 99 kamar di antaranya disewakan. Di bagian atas hotel yang berdiri di
atas lahan seluas 35 hektar itu dilengkapi landasan helikopter.
Fasilitas penunjangnya pun
relatif lengkap dan memiliki standar kelas bintang 4. Ada kolam renang tepat di sbelakang hotel
berikut restoran yang berada di depannya yang menyediakan menu nasional dan
internasional.
Pengaruh begitu kuat dari
legenda Nyi Roro Kidul, tampaknya sangat terasa dihotel ini. Ini terlihat dari
disediakanya satu ruangan khusus untuk sang legenda. Kamar 308 direservasi
khusus bagi sang Ratu. Lengkap dengan ornamen dan fitur fitur yang menjadi ikon
dari sang ratu, seperti ornamen warna hijau, atribute dan pakaian tradisional
wanita, altar sesaji, aneka lukisan sang Ratu, lukisan Soekarno dan ditengah kamar
ada lukisan besar wajah Ratu mengendarai kereta kencana karya pelukis besar Indonesia ,
Basoeki Abdullah.
Menurut cerita pada awal
ketika hotel itu mulai beroperasi tahun 1966, kamar nomor 720 khusus disediakan
untuk Nyi Roro Kidul. Namun tiga bulan kemudian, melalui seorang kuncen,
penguasa laut selatan memilih menempati kamar nomor 308 hingga sekarang.
Jika ditelusuri ternyata
tidak hanya di Pelabuhan Ratu, Sukabumi yang begitu terasa memberikan perhatian
bagi sang Ratu. Di belahan lain disepanjang garis pantai selatan Indonesia
mempunyai cerita dan pengaruh yang semua bermuara pada legenda Sang Ratu.
Lihat saja beberapa hotel
yang berada di pantai selatan Jawa dan Bali
yang juga menyediakan ruang khusus bagi Sang Ratu. Misalnya adalah Kamar 327 dan 2401 di Hotel Grand
Bali Beach .
Menurut cerita kamar 327 adalah satu-satunya kamar yang tidak terbakar pada
peristiwa kebakaran besar Januari 1993. Setelah pemugaran, Kamar 327 dan 2401
selalu dirawat, diberi hiasan ruangan dengan warna hijau, diberi suguhan
(sesaji) setiap hari, namun tidak untuk dihuni dan khusus dipersembahkan bagi
Ratu Kidul. Ckckckkkk..., demikian juga Hotel Queen of The South di dekat
Parangtritis mereservasi Kamar 33 bagi Sang Kanjeng Ratu. Fenomena atau sensasi
apakah ini?.
Namun jika Anda penasaran dan
ingin mengunjungi kamar 308 itu, manajeman hotel memfasilitasinya dengan
membayar Rp.15rb sebagai tanda masuk dan bersiaplah merasakan sensasinya, siapa
tahu Anda dapat merasakan juga fenomenanya. Hmmmm....
Pantai Pelabuhan Ratu
Puas berada di hotel klasik
itu, cobalah menikmati keindahan pantai Pelabuhan Ratu. Ada banyak spot yang bisa Anda kunjungi. Tak
usah jauh jauh, persis dibelakang hotel juga tampak asyik untuk tempat berfoto dan bercengkrama dengan pantai dan air laut selatan. Hamparan pasir luas, laut
dan langit biru, serta kehijaun pepohonan adalah konfigurasi unik Pelabuhan
Ratu.
Bisa juga Anda menuju pantai
Karang Hawu yang berjarak 2 Km kearah Cisolok. Disini lebih ramai, mirip Parangtritis
Jogja, dengan pasir hitamnya dan pinggir pantai yang sudah ramai dengan warung
warung makanan laut. Namun kalau Anda
ingin menikmati pantai sepi, Karang Hawu sepertinya bukan tempatnya.
Pemandian Air Panas Cisolok.
Rasanya tidak lengkap bila
berkunjung ke Pelabuhan Ratu tetapi tidak mampir di tempat pemandian air panas
Cisolok. Karena hanya berjarak sekitar
15 km dari pantai Pelabuhan Ratu ke arah sebelah barat dan sekalian ingin
rileks dan mandi sebelum balik ke Jakarta ,
maka siang itu kami mencoba kesana.
Sepertinya angkutan umum ke
lokasi air panas belum ada kecuali ojek motor (Oktober 2011). Maka dengan
angkot yang kami sewa dengan tarif 30rb untuk kami berlima, 20 menit kemudian
tibalah kami di Pemandian Cisolok. Namun dari parkiran masih harus berjalan
menuruni tangga yang mulai rusak dan menyebrang sungai dengan jembatan.
Begitu sampai di lokasi
pemandian, wow beberapa titik sumber air panas terlihat, semuanya berada di
aliran sungai. Ada
banyak orang ( seprtinya warga setempat) yang sore itu tengah berendam atau
mandi di dekat semburan air panas atau di aliran sungainya.
Namun bagi wisatawan, kami
disarankan mandi atau berendam di kolam yang sudah disediakan. Terlihat tarif
Rp 2.500 (Oktober 2011) untuk dewasa, dan Rp1.500 untuk anak2, terapi spa Rp 35rb. Hmmm
wajarlah, wisatawan haruslah mandi dan berendam dikolam pemandian bukan
disungai.
Tersedia 2 kolam besar dengan
air hangat yang cenderung lumayan terasa panas juga lama kelamaan. Kondisi
kolam air tidak terlalu bening. Layaknya kondisi tempat wisata di Indonesia
lainya, disini over all tidak kotor tapi juga tidak bersih :D. Hanya tempat
bilas saja yang kurang memadai.
Kurang lebih 2 jam kami puas
bermain air hangat Cisolok, kemudian kami check out untuk menuju terminal Pelabuhan Ratu dan trus dilanjut Jakarta sembari menatap lelah….,
hai Ratu bisakah kau menjaga pelabuhan ini kecuali Allah SWT ?.
waaaa..ga mampir ke sawarna n karanghawu..rugiiiiii..hihi..
BalasHapus