Istana Air Alami di Sudut Subang
Di Jakarta ada wahana Istana Air, berupa aneka permainan menggunakan media air untuk mendapatkan kegembiraan. Bayarnya mahal dan pake ngantri. Belum lagi macet kalau mau kesana. Namun itu tidak berlaku bagi warga Subang.
Karena istana air yang sesungguhnya menurut saya ada dikampung kecil bernama Cipondok Desa Pesanggrahan, Subang, Jawa Barat. Setidaknya itu saya rasakan begitu melihat langsung, air yang mengalir di sudut desa tersebut. Melihatnya saja sudah membuat saya degdegan, persis seperti saat pertama kali melihat gebetan pujaan. Sementara mendengar kemericik airnya, hati pun ikut-ikutan memekik riang.
Agak lebay siy memang, namun menemuinya sepagi ini memunculkan rasa senang luar biasa. Perjalanan 1,5 jam dari Bandung yang di mulai jam 5:30 tadi pagi, sama sekali nggak terasa lelahnya. Luruh direndam kejernihan air.
Hanya berdiri diparkiran saja, kaki seperti tersedot melangkah mendekati sisi kolam. Sesaat kemudian kaki nggak kuat menahan badan berpijak di tanah dan byur....., seluruh badan telah berpindah tenggelam didasar kolam.
Wow wow....wow bening seperti kaca. Tanpa kaca mata renang pun, mata saya nggak takut untuk terbuka didalam air. Tanpa bau kaporit sama sekali. Disini melihat air bisa sedekat ini, tanpa nyeri perih atau takut iritasi.
Selain membuat gembira, airnya sekaligus membuat saya tercenung. Bayangkan saja, air mengalir deras keluar alami 1 x 24 jam 7 hari seminggu sepanjang tahun. Dari mana datangnya air ini, hayo coba?. Tidak hanya melimpah, airnya bersih nggak habis-habis. Bahkan kata penduduk, biar saat musim kemarau sekalipun, air terus menerus ngocor tanpa jeda.
Penasaran saya terus berlanjut. Rasanya gimana kalau airnya langsung di minum?. Lagian anak gunung sering berkata "di gunung nggak ada bakteri". Nah ini, airnya bening lagi, tanpa ragu saya telan seteguk dan jreng..., tawar dan segar bonooor. Fresh from the nature.
Pantas saja perusahaan Air Minum Dalam Kemasan yang paling terkenal di negeri ini menggunakan air Cipondok untuk ekplore airnya dijadikan pemuas raga bisnis tenggorokan. Entah sudah berapa milyar kubik air diambilnya. Berpindah ke penjuru negeri mengalir melalui botol dan galon. Dari rumah, warung hingga ke tinggi gedung kantor di kota-kota.
Berada dikampung Cipondok menjadikan mata air ini diberi nama Sumber Air Cipondok (kalo saya jadi Bupati Subang, saya akan ganti menjadi Istana Air Cipondok--halaah--). Sebenarnya tempat ini bukanlah sebuah tempat wisata umum seperti pemandian Ciater atau Sari Ater.
Tempat ini hanya sebuah penampungan dari sebuah mata air yang kemudian dijadikan tempat mandi atau sekedar berendam bagi warga sekitar. Karena banyak yang datang dan mencoba merasakan mandi di mata air yang jernih, maka ditempat ini akhirnya dibangun beberapa fasilitas umum seperti toilet, tempat ganti pakaian, tempat parkir, serta beberapa warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman ringan.
Nah dari mata air ini pula yang dijadikan sebagai pasokan utama bagi perusahaan air minum dalam kemasan. Pabriknya pun berdiri tak jauh dari sumber mata air ini.
Namun seringkali pemanfaatan dan ekplorasi sumber daya alam melalui kapitalisasi pabrik dan perusahaan malah justru merusak alam dan minim memberikan kesejahteraan warga setempat. Saya berharap semoga hingga seribu windu lagi Istana Air Alami Cipondok masih tetap lestari.
Komentar
Posting Komentar