Beijing dan Beranda China

Hari pertama tiba di Beijing, saya disambut dingin yang memaksa saya mengenakan jaket kembali. Konon saat terbaik mengunjungi Beijing adalah pada saat spring yaitu sekitar bulan April-Mei ini atau pada saat fall yaitu bulan September-Oktober. Pada saat itu udaranya terasa lebih sejuk untuk ukuran orang Indonesia yaitu sekitar 20 derajat celcius.

 Namun jika Anda ingin mencari tiket murah ke Chian pergilah saat musin dingin, hanya saja iklimnya kurang bersahabat untuk kulit Indonesia kita, dingin mencapai minus 8 derajat celcius. Sementara bulan Oktober adalah saat yang paling nyaman, namun harga tiketnya biasanya adalah yang paling mahal karena pada bulan itu ada lonjakan kunjungan orang/wisatawan ke China.

Saya tiba dengan pesawat Ausatralia-Jetstar dibandara Beijing Capital International Airport tengah malam pukul 2 dini hari waktu lokal Beijing, 40 menit lebih lambat dari waktu perkiraan karena pesawat sempat delay. Begitu menjejakkan kaki memasuki areal bandara di jam seperti ini, bandara nampak tidak begitu riuh. Namun menurut statistik Airport Council International (ACI) bulan Januari-Juli tahun 2011, lalu lintas penumpang di Beijing International Capital Airport mencapai 44,097,339 penumpang. Itulah yang menjadikan Beijing Capital International Airport menjadi bandara tersibuk dikawasan Asia dan nomor dua di dunia setelah Hartsfield-Jackson Atlanta International Airport, sementara peringkat ketiga adalah London Heathrow Airport. Sekadar perbandingan bahwa bandara kebanggaan Indonesia Soekarno-Hatta berada di peringkat 11.

Beijing International Capital Airport memiliki tiga terminal. Sarana transportasi dari dan menuju bandara yang terintregasi dengan kereta api dilayani oleh Airport Express Line dari Beijing Subway, shuttle bus dan taxi bandara. 

Setelah renovasi untuk Olimpiade 2008, bandara saat ini memiliki tiga terminal, dengan Terminal 3 menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Sebagian besar domestik dan hampir semua penerbangan internasional tiba dan berangkat dari Bandara ini.

Sebetulnya ingin segera menuju hotel. Hanya saja transportasi umum dalam kota di China berhenti pukul 24.00 kecuali taksi. Tapi jika menggunakan taksi, mereka mematok 300 Yuan (mahal banget, sekitar IDR 450rb) untuk sampai dihotel saya didaerah Gualohdajie +- 45 menit perjalanan. Bandingkan jika naik Airport Expres Line hanya 25 Yuan (sekitar IDR 37rb) dan ganti subway dengan 2 Yuan (sekitar IDR 3rb). Saya bisa berhemat banyak bukan?.

Oh ya.., Airport Express Line adalah jaringan kereta subway yang khusus melayani rute Beijing International Capital Airport - Dangzhemen PP. Sementara subway adalah jaringan kereta bawah tanah di kota Beijing yang menghubungkan titik titik penting kota. Saat ini subway di Beijing telah berkembang menjadi 15 line. Naik subway di China cukup ekonomis yaitu dengan 2 Yuan saja atau sekitar IDR 3rb kita bisa kemana kemana, lebih murah 500 rupiah dibanding bus Transjakarta.

Maka saya putuskan ùntuk menginap dibandara menunggu pagi. Subway pertama yang menuju Dangdzemen baru berangkat jam 6 pagi. Dangzhemen adalah shelter subway yang menjadi titik pergantian dari airport. Dari shelter Dangzhemen ini penumpang harus berganti dengan line lain menuju tujuan yang di inginkanya.

Oooh ternyata tidak sedikit airport one night sleeper yang juga menunggu pagi, terbukti dengan hampir tak adanya bangku kosong diterminal kedatangan bandara Beijing Capital International Airport Terminal 2.

Pagi tiba dan kehidupan saya baru di mulai pukul 6.00. Kantuk berat yg menyerang memaksa telat bangun! Bergegas saya ke bawah menuju Shelter Airport Expres Line yang menuju Dangzhemen kemudian ganti line 2 menuju Gualohdajie tempat hotel Perfect Inn bookingan saya. Line 2 adalah line berwarna biru, line yang ternyata paling unik diantara line lainya karena mempunyai rute melingkar mengitari pusat kota Beijing, seperti Tiananmen, Temple Lama dll. Menurut tebakan saya, line ini yang paling sibuk dan padat penumpang.

Beijing sekarang sudah sangat di maju banding 10-30 tahun lalu. Jalur transportasi umum tidak hanya bus yang bagus dan tertata, tapi juga kereta subway yang saling silang kemana-mana hingga 15 line telah terhubung. Sehingga kemacetan di jalanan seperti di Jakarta saya tak temui.

Dijalanan dan subway anak ABG dapat dengan mudah kita temui dengan gaya pakaian  yang modis lengkap dengan gadget tergenggam ditangan, rata-rata iphone, HP Samsung dan Nokia. Saya tak melihat BB di sini.

China dulu sempat dikenal dengan negara yang ekonominya gagal, perlahan dan pasti kini membuat negara asia dan negara maju menaruh hormat dengan prestasi secara ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi mencapai double digit. Tentu saja ini berdampak langsung pada kesejahteraan rakyatnya.

Didalam Airport Ekpres Line Beijing yang dingin, membuat saya memimpikan beranda Indonesia yang seharusnya sudah lebih maju dibandingkan Beijing. Bagaimana dulu keakraban Jakarta dan Beijing di era Soekarno yang ditakuti barat akan menjadi macan dunia sekarang sudah terbukti. Sayang hanya Beijing yang baru mampu membuktikanya. Jakarta?.

Komentar

Postingan Populer