Dieng Culture Festival
Sepeninggal sholat Ashar dan senja mengantar, bis melaju
meninggalkan banyak asap hitam diterminal Lebak Bulus. Bis pun menuju arah timur
pulau Jawa. Melalui jalur tengah pulau Jawa: Cikampek Purwakarta, Indramayu, Brebes, Purwokerto dan akhirnya berhenti di terminal Mendolo
Wonosobo, Jawa Tengah.
Terminal masih tampak lengang dibalut dingin 10 derajat pada pukul 5 pagi. Dalam derajat seperti itu orang tentu senang dipeluk jaket / selimut hangat. Tapi saya harus bangun untuk menyapa Wonosobo karena disinilah titik awal menuju Dieng, tanah dataran tinggi yang dipercaya oleh penduduk setempat merupakan tempat para Dewa dan Dewi bersemayam.
Adalah Dieng Culture Festival yang menjadi magnet bagi pelancong untuk mengunjungi Dieng tiap tahun dibulan Juni. Tidak heran begitu saya sampai di Dieng, jalanan raya Dieng tampak ramai oleh orang yang lalu lalang . Tentu saja dengan atribut jaket, kupluk dan mengendong backpack yang menandakan bahwa mereka adalah pengunjung.
Terutama di sekitar RM Bu Djono. Selain menjajakan makanan, RM Bu Djono juga menyediakan beberapa kamar yang saya liat sudah ada tulisan Full Booked dikaca depan bangunannya. RM Bu Djono juga biasanya menjadi titik kumpul / meeting point bagi pelancong. Letaknya persis berdampingan dengan semacam "terminal kecil" Dieng. Disinilah biasanya bis tanggung dan elf yang membawa pengunjung dari berbagai tempat menurunkan penumpangnya.
Dari sini pula mudah menuju homestay yang bertebaran di seputaran jalan raya Dieng. Jangan harap menemukan hotel ya. Hotel sekelas melati pun tak ada di Dieng. Hotel terdekat, Anda hanya bisa temukan di kota wonosobo sekitar 1 jam perjalanan mobil dari Dieng.
Tahun ini gelaran Dieng Culture Festival 3 sendiri dimulai hari Sabtu 30 Juni hingga Minggu 1 Juli 2012. Candi Arjuna menjadi epicentrum acara tahunan yang sudah digelar ketiga kalinya. DCF merupakan agenda tahunan pemerintah Jawa Tengah yang menyuguhkan upacara Ritual Pemotongan Rambut Gembel sebagai acara inti. Selain itu juga dimeriahkan oleh pameran produk unggulan Dieng dan Banjarnegara serta pagelaran Pentas Seni Budaya Tradisional Dieng, Rampak Yakso Pringgodani, Wayang Kulit, Tari Topeng, Rhodad, Tek tek, Barongsai dan lain lain.
Materi Rundown yang saya baca dari web resmi Pemkab Banjarnegara adalah:
Sabtu, 30 Juni 2012
08.00 – 08.15 : Pelepasan Jalan Santai
08.15 - 10.00 : Jalan Santai Keliling Kawasan Dieng
10.00 – 10.30 : Minum Purwaceng Bersama
10.30 - 10.45 : Pembukaan D C F
10. 45 -11.00 : Pelepasan Balon Visit Jateng 2013
11.00 – 12.00 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng I
12.00 – 13.00 : ISHOMA
13.00 – 16.30 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng II
16.30 – 19.30 : ISHOMA
19.30 – 22.30 : Pagelaran ( Padat ) Wayang Kulit
22.30 – 23.00 : Pesta Kembang Api
Minggu, 1 Juli 2012
08.00 – 08.15 : Pelepasan Kirab
08.15 – 10.15 : Kirab Anak Rambut Gembel
10.15 – 10.45 : Jamasan Anak Rambut Gembel
10.45 – 12.00 : Prosesi Cukur Rambut Gembel
12.00 – 13.00 : ISHOMA
13.00 – 13.30 : Sambutan – sambutan
13.30 – 15.30 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng III
15.30 - : Penutupan
Rambut Gimbal Dieng
Prosesi cukur rambut gimbal menjadi klimaks dari gelaran DCF. Rambut Gimbal ato penduduk setempat menyebutnya gembel karena jenis rambut ini bergumpal menyerupai rambut gelandangan yang tidak pernah mencuci rambutnya bukan karena keturunan tetapi hanya bisa tumbuh alami pada anak-anak Dataran Tinggi Dieng, Jateng.
Secara medis penyebab gembelnya rambut beberapa anak Dieng belum diketahui secara pasti, namun biasanya rambut gembel muncul disertai dengan panas demam yang tinggi, disertai pula dengan mengigau saat tidur. Gejala ini tidak bisa diobati hingga akhirnya akan normal dengan sendirinya dan rambut sang anak akan menjadi kusut dan menggumpal menyatu.
Sehari sebelum pemotongan rambut gembel, dilakukan prosesi napak tilas yang dipimpin oleh pemangku adat dan sesepuh menuju candi Dwarawati, Komplek Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Sendang Maerokoco, Telaga Balaikambang, Kawah Sikidang , Komplek Pertapaan Mandalasari, Kali Pepek dan komplek Pemakaman Dieng.
Selanjutnya prosesi ritual pemotongan rambut gembel berlangsung keesokan harinya seharian penuh. Dalam cuaca yang cerah, prosesi dimulai dengan kirab anak rambut gembel, jamasan (memandikan anak rambut gembel), pencukuran rambut gembel, ngalap berkah dan pelarungan rambut gembel ke sungai serayu yang akan bermuara ke Laut Selatan.
Tahun ini ada 6 anak rambut gembel yang dipotong rambutnya dimana sebelumnya, sang anak diberi kesempatan untuk meminta sesuatu sesuai dengan keinginan sang anak sendiri yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Permintaan mereka terkadang lucu dan simple. Permintaan ke enam anak gembel tahun ini adalah :
1. Kambing
2. Uang 100 dan 1000 rupiah
3. Sepuluh telor dan sepeda
4. Makan bakso dan ayam jago
5. Susu Milkkita dan Milkuat
6. Anting anting
Sepertinya acara belangsung hidmat dan meriah. hanya saja saya tidak bisa mengikuti kemeriahan hingga selesai karena bus yang akan membawa saya kembali ke Jakarta berangkat pada pukul 16.00 dari terminal Mendolo. Sayang sekali memang, tapi cukup beruntung lah saya bisa menyaksikan satu lagi kekayaan budaya bangsa, Ritual Pemotongan Rambut Gembel Dieng.
Untuk kesekian kalinya terminal Lebak Bulus menjadi akhir petualangan saya, kali ini azan Subuh menyambut saya disini.
Terminal masih tampak lengang dibalut dingin 10 derajat pada pukul 5 pagi. Dalam derajat seperti itu orang tentu senang dipeluk jaket / selimut hangat. Tapi saya harus bangun untuk menyapa Wonosobo karena disinilah titik awal menuju Dieng, tanah dataran tinggi yang dipercaya oleh penduduk setempat merupakan tempat para Dewa dan Dewi bersemayam.
Adalah Dieng Culture Festival yang menjadi magnet bagi pelancong untuk mengunjungi Dieng tiap tahun dibulan Juni. Tidak heran begitu saya sampai di Dieng, jalanan raya Dieng tampak ramai oleh orang yang lalu lalang . Tentu saja dengan atribut jaket, kupluk dan mengendong backpack yang menandakan bahwa mereka adalah pengunjung.
Terutama di sekitar RM Bu Djono. Selain menjajakan makanan, RM Bu Djono juga menyediakan beberapa kamar yang saya liat sudah ada tulisan Full Booked dikaca depan bangunannya. RM Bu Djono juga biasanya menjadi titik kumpul / meeting point bagi pelancong. Letaknya persis berdampingan dengan semacam "terminal kecil" Dieng. Disinilah biasanya bis tanggung dan elf yang membawa pengunjung dari berbagai tempat menurunkan penumpangnya.
Dari sini pula mudah menuju homestay yang bertebaran di seputaran jalan raya Dieng. Jangan harap menemukan hotel ya. Hotel sekelas melati pun tak ada di Dieng. Hotel terdekat, Anda hanya bisa temukan di kota wonosobo sekitar 1 jam perjalanan mobil dari Dieng.
Tahun ini gelaran Dieng Culture Festival 3 sendiri dimulai hari Sabtu 30 Juni hingga Minggu 1 Juli 2012. Candi Arjuna menjadi epicentrum acara tahunan yang sudah digelar ketiga kalinya. DCF merupakan agenda tahunan pemerintah Jawa Tengah yang menyuguhkan upacara Ritual Pemotongan Rambut Gembel sebagai acara inti. Selain itu juga dimeriahkan oleh pameran produk unggulan Dieng dan Banjarnegara serta pagelaran Pentas Seni Budaya Tradisional Dieng, Rampak Yakso Pringgodani, Wayang Kulit, Tari Topeng, Rhodad, Tek tek, Barongsai dan lain lain.
Materi Rundown yang saya baca dari web resmi Pemkab Banjarnegara adalah:
Sabtu, 30 Juni 2012
08.00 – 08.15 : Pelepasan Jalan Santai
08.15 - 10.00 : Jalan Santai Keliling Kawasan Dieng
10.00 – 10.30 : Minum Purwaceng Bersama
10.30 - 10.45 : Pembukaan D C F
10. 45 -11.00 : Pelepasan Balon Visit Jateng 2013
11.00 – 12.00 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng I
12.00 – 13.00 : ISHOMA
13.00 – 16.30 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng II
16.30 – 19.30 : ISHOMA
19.30 – 22.30 : Pagelaran ( Padat ) Wayang Kulit
22.30 – 23.00 : Pesta Kembang Api
Minggu, 1 Juli 2012
08.00 – 08.15 : Pelepasan Kirab
08.15 – 10.15 : Kirab Anak Rambut Gembel
10.15 – 10.45 : Jamasan Anak Rambut Gembel
10.45 – 12.00 : Prosesi Cukur Rambut Gembel
12.00 – 13.00 : ISHOMA
13.00 – 13.30 : Sambutan – sambutan
13.30 – 15.30 : Pagelaran Seni Tradisional Dieng III
15.30 - : Penutupan
Rambut Gimbal Dieng
Prosesi cukur rambut gimbal menjadi klimaks dari gelaran DCF. Rambut Gimbal ato penduduk setempat menyebutnya gembel karena jenis rambut ini bergumpal menyerupai rambut gelandangan yang tidak pernah mencuci rambutnya bukan karena keturunan tetapi hanya bisa tumbuh alami pada anak-anak Dataran Tinggi Dieng, Jateng.
Secara medis penyebab gembelnya rambut beberapa anak Dieng belum diketahui secara pasti, namun biasanya rambut gembel muncul disertai dengan panas demam yang tinggi, disertai pula dengan mengigau saat tidur. Gejala ini tidak bisa diobati hingga akhirnya akan normal dengan sendirinya dan rambut sang anak akan menjadi kusut dan menggumpal menyatu.
Sehari sebelum pemotongan rambut gembel, dilakukan prosesi napak tilas yang dipimpin oleh pemangku adat dan sesepuh menuju candi Dwarawati, Komplek Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Sendang Maerokoco, Telaga Balaikambang, Kawah Sikidang , Komplek Pertapaan Mandalasari, Kali Pepek dan komplek Pemakaman Dieng.
Selanjutnya prosesi ritual pemotongan rambut gembel berlangsung keesokan harinya seharian penuh. Dalam cuaca yang cerah, prosesi dimulai dengan kirab anak rambut gembel, jamasan (memandikan anak rambut gembel), pencukuran rambut gembel, ngalap berkah dan pelarungan rambut gembel ke sungai serayu yang akan bermuara ke Laut Selatan.
Tahun ini ada 6 anak rambut gembel yang dipotong rambutnya dimana sebelumnya, sang anak diberi kesempatan untuk meminta sesuatu sesuai dengan keinginan sang anak sendiri yang harus dipenuhi oleh orang tuanya. Permintaan mereka terkadang lucu dan simple. Permintaan ke enam anak gembel tahun ini adalah :
1. Kambing
2. Uang 100 dan 1000 rupiah
3. Sepuluh telor dan sepeda
4. Makan bakso dan ayam jago
5. Susu Milkkita dan Milkuat
6. Anting anting
Sepertinya acara belangsung hidmat dan meriah. hanya saja saya tidak bisa mengikuti kemeriahan hingga selesai karena bus yang akan membawa saya kembali ke Jakarta berangkat pada pukul 16.00 dari terminal Mendolo. Sayang sekali memang, tapi cukup beruntung lah saya bisa menyaksikan satu lagi kekayaan budaya bangsa, Ritual Pemotongan Rambut Gembel Dieng.
Untuk kesekian kalinya terminal Lebak Bulus menjadi akhir petualangan saya, kali ini azan Subuh menyambut saya disini.
Komentar
Posting Komentar