Seharian di Beijing
Sebelum ini, sudah banyak ya saya cerita tentang China.
Ini adalah cerita hari kedua di Beijing yang saya manfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata utama di Beijing setelah Great Wall dihari pertama kemarin.
Agar ngga repot, sekalian pengen mencoba bagaimana jasa travel disini bekerja maka saya menggunakan jasa travel lokal. Selalu ada jasa travel di suatu tempat wisata. Hukumnya adalah semakin terkenal itu tempat wisata, maka semakin banyak jasa travel wisata bertebaran disitu. Maka ketika di Beijing ada banyak sekali travel lokal yang akan menghampiri dan menawari Anda.
Meski Anda bertampang backpacker sekalipun, tentunya dengan wajah Anda yang asing bagi mereka, itu akan menjadi semacam plakat dikepala Anda bagi Yuan. Ya itulah cara mereka mengendus Yuan.
Untuk dapetin harga yang masuk akal cara termudah adalah dengan mengkonversi langsung harga Yuan yang mereka tawarkan ke rupiah. Kalau dalam rupiah kira-kira kemahalan ngga ada salahnya Anda tolak dan cari yang lain.
Forbidden City
Masuk melewati pintu Tiananmen , Anda akan disambut bangunan kayu kuno dengan dominasi warna merah. Ini merupakan komplek istana. Ya.., Forbidden City merupakan bekas komplek istana dari dinasti paling berpengaruh Tiongkok kuno, dinasti Qing dan Ming.
Layaknya Grand Palace di Thailand atau komplek keraton di Jogjakarta, Forbidden City merupakan bentuk nyata dari sebuah kota kuno bagi lingkungan keluarga kerajaan. Disitu lengkap tersedia berbagai tempat untuk memenuhi aneka kebutuhan "warganya".
Biasa disebut juga dengan "Istana Terlarang", karena Istana Kerajaan terlarang bagi warga biasa kecuali keluarga kerajaan. Terletak persis di tengah-tengah kota kuno Beijing, merupakan istana dengan komplek yang teramat luas meliputi sekitar 720,000 meter persegi, 800 bangunan dan lebih dari 8.000 ruangan. Kota Terlarang, oleh UNESCO disebut merupakan koleksi terbesar struktur kayu kuno di dunia dan terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1987 dengan nama "Istana Kerajaan Dinasti Ming dan Qing".
Saat ini tentu saja tidak lagi ditempati oleh kalangan bangsawan kerajaan, namum Kota Terlarang tetap merupakan simbol dari kekuasaan Tiongkok. Peranya saat ini juga sebagai Museum Istana yang memberikan banyak informasi tentang kejayaan dan kekuasaan dinasti-dinasti Tiongkok Kuno. Tentu saja ini menjadi tempat menarik dan tujuan utama bagi wisatawan yang berkunjung ke China.
Traditional China Medicine
Mengunjungi tempat ini, mendadak saya teringat dengan maraknya iklan di televisi tanah air yang menayangkan iklan pengobatan tradisional China atau TCM hihiii. Bla bla bla..., dan belakangnya pasti ada TCM-nya.
Sejak dahulu China dikenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan keahlian pengobatan. Ramuan-ramuan traditional China dan trik pengobatanya telah mendunia hingga ke banyak negara.
Ini gambaran menarik tentang industri pariwisata China. Dunia kesehatan China juga mendapat sentuhan dan bersinergi dengan pariwisata. Maka tidak heran saya dibawa ke Traditional China Medicine. Di sini saya mendapatkan konsultasi gratis dengan dokter senior.
Beijing adalah tempatnya dokter-dokter senior. Untuk urusan berobat masyarakat China akan lebih percaya kepada dokter senior karena alasan pengalaman dan lebih tajam menganalisa penyakit. Tak heran jika dokter-dokter senior akan lebih laku. Bahkan agar dilayani untuk berobat, seorang pasien harus membuat janji seminggu sebelumnya.
Dokter akan memeriksa dengan hanya melihat tanda-tanda fisik seperti lidah, kelopak mata dan denyut nadi setelah sebelumnya menanyakan usia kita terlebih dahulu. Lalu dokter pun akan memberikan analisanya dan resep ramuan kesehatanya. Konsultasinya gratis, sementara resep ramuan terserah Anda mau ambil atau tidak. Jadi tetep ada jualanya. Inilah cara halus memperkenalkan pengobatan China dengan tetap "berjualan obat" kepada turis asing.
Dijelaskan oleh lokal guide, berbeda dengan dunia kesehatan barat, tekhnik pengobatan China tidak hanya mengobati penyakit tapi juga berusaha preventif terhadap penyakit dan mengobati pasien secara holistik dengan pendekatan lebih alamiah sehingga relatif lebih aman.
Temple of Heaven
Meski dibangun di Abad ke 15, bangunan ini masih nampak terasa indah. Menggunakan nama Tian Tan atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kuil Surga adalah tempat pemujaan agama Tao yang terletak di Beijing di bangun pada era Dinasti Ming dan dibuat di atas lahan seluas 2.700 meter persegi.
Arsitekturnya mepresentasikan hubungan bumi dan langit atau manusia dengan Tuhannya. Ini berkaitan dengan kaisar sebagai anak langit dalam kepercayaan Mitologi Cina. Dibangun sebagai persembahan untuk langit.
Tian Tan dikelilingi tembok yang panjang. Di bagian utara dibuat agak bulat menyimbolkan langit dan selatan persegi menyimbolkan bumi. Hal ini selaras dengan pemikiran Tiongkok kuno yang berbunyi Surga itu bulat dan bumi itu persegi. Bagian utara juga dibuat lebih tinggi dari bagian selatannya.
The Summer Palace
Berjalan lurus terus ke utara dari komplek Forbidden City akan membawa Anda keluar dari komplek Forbidden City. The Summer Palace terpisah dari komplek Istana Kaisar di Forbidden City oleh sebuah danau buatan. Sukar membayangkan berapa banyaknya lumpur dan tanah yang harus digali dan dibuang untuk membuat suatu danau buatan tanpa alat-alat berat seperti pada zaman sekarang. Dahulu semuanya dikerjakan oleh tenaga manusia yang umumnya dilakukan secara kerja paksa.
Di sana dibangun sebuah jembatan batu 150 meter panjangnya yang disebut Shiqi Kong Qiao. Shiqi Kong Qiao ini ditopang dengan 17 lengkungan dan pada pinggirannya terdapat 500 hiasan berupa ukiran pahatan singa.
Sementara naik perahu naga sekitar 15 menit akan membawa Anda menuju istana lain dari The Summer Palace. Agak mahal untuk naik perahu 32 Yuan (sekitar IDR 46rb). Namun itu akan membuat Anda melihat utuh danau buatan dari atas bukit dan hilir mudik perahu wisata dibawahnya.
Jika tidak ingat lapar, saya akan betah dikompleks danau buatan ini. Saat sore menjelang saya beranjak untuk makan siang (baru keinget belum makan siang), sambil membayangkan suasana makan disebuah istana kuno dengan putri-putri raja hahaaa.
Ini adalah cerita hari kedua di Beijing yang saya manfaatkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata utama di Beijing setelah Great Wall dihari pertama kemarin.
Agar ngga repot, sekalian pengen mencoba bagaimana jasa travel disini bekerja maka saya menggunakan jasa travel lokal. Selalu ada jasa travel di suatu tempat wisata. Hukumnya adalah semakin terkenal itu tempat wisata, maka semakin banyak jasa travel wisata bertebaran disitu. Maka ketika di Beijing ada banyak sekali travel lokal yang akan menghampiri dan menawari Anda.
Meski Anda bertampang backpacker sekalipun, tentunya dengan wajah Anda yang asing bagi mereka, itu akan menjadi semacam plakat dikepala Anda bagi Yuan. Ya itulah cara mereka mengendus Yuan.
Untuk dapetin harga yang masuk akal cara termudah adalah dengan mengkonversi langsung harga Yuan yang mereka tawarkan ke rupiah. Kalau dalam rupiah kira-kira kemahalan ngga ada salahnya Anda tolak dan cari yang lain.
Forbidden City
Masuk melewati pintu Tiananmen , Anda akan disambut bangunan kayu kuno dengan dominasi warna merah. Ini merupakan komplek istana. Ya.., Forbidden City merupakan bekas komplek istana dari dinasti paling berpengaruh Tiongkok kuno, dinasti Qing dan Ming.
Layaknya Grand Palace di Thailand atau komplek keraton di Jogjakarta, Forbidden City merupakan bentuk nyata dari sebuah kota kuno bagi lingkungan keluarga kerajaan. Disitu lengkap tersedia berbagai tempat untuk memenuhi aneka kebutuhan "warganya".
Biasa disebut juga dengan "Istana Terlarang", karena Istana Kerajaan terlarang bagi warga biasa kecuali keluarga kerajaan. Terletak persis di tengah-tengah kota kuno Beijing, merupakan istana dengan komplek yang teramat luas meliputi sekitar 720,000 meter persegi, 800 bangunan dan lebih dari 8.000 ruangan. Kota Terlarang, oleh UNESCO disebut merupakan koleksi terbesar struktur kayu kuno di dunia dan terdaftar sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1987 dengan nama "Istana Kerajaan Dinasti Ming dan Qing".
Saat ini tentu saja tidak lagi ditempati oleh kalangan bangsawan kerajaan, namum Kota Terlarang tetap merupakan simbol dari kekuasaan Tiongkok. Peranya saat ini juga sebagai Museum Istana yang memberikan banyak informasi tentang kejayaan dan kekuasaan dinasti-dinasti Tiongkok Kuno. Tentu saja ini menjadi tempat menarik dan tujuan utama bagi wisatawan yang berkunjung ke China.
Traditional China Medicine
Mengunjungi tempat ini, mendadak saya teringat dengan maraknya iklan di televisi tanah air yang menayangkan iklan pengobatan tradisional China atau TCM hihiii. Bla bla bla..., dan belakangnya pasti ada TCM-nya.
Sejak dahulu China dikenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan keahlian pengobatan. Ramuan-ramuan traditional China dan trik pengobatanya telah mendunia hingga ke banyak negara.
Ini gambaran menarik tentang industri pariwisata China. Dunia kesehatan China juga mendapat sentuhan dan bersinergi dengan pariwisata. Maka tidak heran saya dibawa ke Traditional China Medicine. Di sini saya mendapatkan konsultasi gratis dengan dokter senior.
Beijing adalah tempatnya dokter-dokter senior. Untuk urusan berobat masyarakat China akan lebih percaya kepada dokter senior karena alasan pengalaman dan lebih tajam menganalisa penyakit. Tak heran jika dokter-dokter senior akan lebih laku. Bahkan agar dilayani untuk berobat, seorang pasien harus membuat janji seminggu sebelumnya.
Dokter akan memeriksa dengan hanya melihat tanda-tanda fisik seperti lidah, kelopak mata dan denyut nadi setelah sebelumnya menanyakan usia kita terlebih dahulu. Lalu dokter pun akan memberikan analisanya dan resep ramuan kesehatanya. Konsultasinya gratis, sementara resep ramuan terserah Anda mau ambil atau tidak. Jadi tetep ada jualanya. Inilah cara halus memperkenalkan pengobatan China dengan tetap "berjualan obat" kepada turis asing.
Dijelaskan oleh lokal guide, berbeda dengan dunia kesehatan barat, tekhnik pengobatan China tidak hanya mengobati penyakit tapi juga berusaha preventif terhadap penyakit dan mengobati pasien secara holistik dengan pendekatan lebih alamiah sehingga relatif lebih aman.
Temple of Heaven
Meski dibangun di Abad ke 15, bangunan ini masih nampak terasa indah. Menggunakan nama Tian Tan atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kuil Surga adalah tempat pemujaan agama Tao yang terletak di Beijing di bangun pada era Dinasti Ming dan dibuat di atas lahan seluas 2.700 meter persegi.
Arsitekturnya mepresentasikan hubungan bumi dan langit atau manusia dengan Tuhannya. Ini berkaitan dengan kaisar sebagai anak langit dalam kepercayaan Mitologi Cina. Dibangun sebagai persembahan untuk langit.
Tian Tan dikelilingi tembok yang panjang. Di bagian utara dibuat agak bulat menyimbolkan langit dan selatan persegi menyimbolkan bumi. Hal ini selaras dengan pemikiran Tiongkok kuno yang berbunyi Surga itu bulat dan bumi itu persegi. Bagian utara juga dibuat lebih tinggi dari bagian selatannya.
The Summer Palace
Berjalan lurus terus ke utara dari komplek Forbidden City akan membawa Anda keluar dari komplek Forbidden City. The Summer Palace terpisah dari komplek Istana Kaisar di Forbidden City oleh sebuah danau buatan. Sukar membayangkan berapa banyaknya lumpur dan tanah yang harus digali dan dibuang untuk membuat suatu danau buatan tanpa alat-alat berat seperti pada zaman sekarang. Dahulu semuanya dikerjakan oleh tenaga manusia yang umumnya dilakukan secara kerja paksa.
Di sana dibangun sebuah jembatan batu 150 meter panjangnya yang disebut Shiqi Kong Qiao. Shiqi Kong Qiao ini ditopang dengan 17 lengkungan dan pada pinggirannya terdapat 500 hiasan berupa ukiran pahatan singa.
Sementara naik perahu naga sekitar 15 menit akan membawa Anda menuju istana lain dari The Summer Palace. Agak mahal untuk naik perahu 32 Yuan (sekitar IDR 46rb). Namun itu akan membuat Anda melihat utuh danau buatan dari atas bukit dan hilir mudik perahu wisata dibawahnya.
Jika tidak ingat lapar, saya akan betah dikompleks danau buatan ini. Saat sore menjelang saya beranjak untuk makan siang (baru keinget belum makan siang), sambil membayangkan suasana makan disebuah istana kuno dengan putri-putri raja hahaaa.
Komentar
Posting Komentar